Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Wayang Sebagai Sarana Mengenal Islam

Kesatria baja hitam, tentu kalian mengenalnya bukan? Tapi kenalkah kalian dengan Kesatria Pringgondani alias Gatot Kaca? Kesatria “berotot kawat, balung besi (tulang besi)”, nah hebat kan? Keduanya bercerita mengenai kebenaran adalah kemenangan. Gatotkaca adalah tokoh dalam cerita wayang, yaitu kesenian tradisional yang cukup tua usianya, bahkan dikenalsampai dunia luar sebagai budaya bangsa Indonesia yang cukup popular.
                                  
            Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat dari kult kerbau/sapi pipih yang memiliki dua tanganyang dapat digerakkan dengan “stik”, dimainkan seorang “dalang”, dari bahasa Arab “dall”, artinya juru penerang. Nah, di dalam cerita wayang itulah terkandung nilai moral, perihal akhlak, keimanan, sampai kepada ketakwaan. Secara umum wayang bercerita hal yang “bathil” (jahat), akan tertumpas oleh kebenaran. Pertunjukkan wayang umumnya diselenggarakan malam hari dengan menggunakan lampu obor yang disebut “blencong”. Penonton melihat di depan layar (kain putih) bayangan wayang yang dimainkan oleh dalang.
          Di dalam pertengahan cerita ada yang disebut “goro-goro”, yaitu humorsegar sebagai selingan yang dibawakan oleh tokoh-tokoh seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Goro-goro menampilkan hal-hal yang dikaitkan dengan cerita sehari-hari seperti criminal, social kemasyarakatan, kenegaraan, ekonomi dan masih banyaj lagi di dalamnya. Mirip koran’kan?
          Wayang yang sejak dulu telah melekat di hati masyarakat, telah dijadikan sarana dakwah oleh para wali dalam penyebaran agama Islam. Bahkan, konon dengan kehandalannya Sunan Kalijogo telah membuatkan cerita-cerita baru yang bernafaskan Islam guna kepentingan dakwahnya, seperti halnya cerita “Jamus Kalimosodo” Tokoh-tokoh Pandawa Lima diibaratkan sebagai 5 rukun Islam yaitu Prabu Yudistira diibaratkan sebagai rukun Islam pertama yaitu syahadat, Bimasena diibaratkan sebagai shalat, Arjuna diibaratkan sebagai zakat, si kembar Nakula dan Sadewa diibaratkan sebagai puasa dan haji.
        Demikianlah cerita wayang hingga kini masih banyak diminati oleh beberapa kalangan masyarakat. Karena bentuk dan ragam hiasnya yang menarik, kini banyak wayang digunakan sebagai souvenir/hiasan atau cinderamata. Nah, selain merupakan peningalan budaya bangsa, selayaknyalah kita melestarikannya sebagai kekayaan sarana dakwah Islam yang kita miliki

Sumber : Wayang, Asal-usul dan Jenisnya
                Majalah Aku Anak Saleh