Burung Umat Allah Yang Selalu Bertasbih
Tujuh ekor merpati terbang berkeliling. Terkadang yang seekor mendahului. Kemudian didahului lagi, sayap mereka berkepak-kepak, kadang terkembang lama, kadang tidak dikembangkan. Mereka terbang berputar-putar. Tiba-tiba seekor di antaranya menukik tajam, diikuti yang lainnya. Mereka hinggap di sebatang pohon.
Bergegas aku menebarkan biji-biji jagung kering di sekeliling
pohon. Dengan cepat burung-burung itu turun dan berebut mematuk-matuk dengan
lahapnya. Akh, jumlah mereka lebih dari tujuh dan dengan jinak mereka hinggap
di tangan dan kepalaku meminta jagung.
Aku perhatikan warna
bulu-bulu mereka yang beragam. Putih abu-abu, coklat, hitam, kebiruan, da nada
juga yang bercampur-campur warnanya.
Aku membelai yang seekor. Bulu merpati itu lembut dan berkilat.
Beberapa di antara mereka saling berpasangan. Yang jantang suka memanggil
betinya dengan anggukan-anggukan kepala sambil bersuara, “Kruuu, kruuu,
kruuu!”.
Mengamati burung-burung itu sangat menyenangkan. Banyak hikmah yang dapat
diambil dari pengamatan itu. Dari bulunya saja aku dapat mengambil pelajaran
tentang kebesaran, kekuasaan, keindahan Allah Yang Maha Pencipta.
Lihat, bagaimana Allah memberikan warna pada burung-burung
itu. Dari sekian banyak tak satu pun serupa letak warna-warnanya. Belum lagi
dilihat dari jenis spesiesnya. Ada burung yang berenang di air, ada yang
berjalan di darat, ada juga yang terbang di angkasa. Ada burung jenis pemanjat
seperti betet, kakak tua, nuri. Ada dari jenis bercakar tajam seperti
elang, rajawali. Ada yang bersuara indah seperti kutilang, cucakrawa, kenari.
Ada yang berbulu indah seperti cenderawasih, bayan. Ada yang jinak dan dekat
dengan manusia seperti merpati , perkutut. Masih banyak lagi jenis-jenis
burung. Bahkan ada burung sebesar ibu jari yaitu burung kolibri penghisap madu.
Ada
hal menarik yang dapt diambil hikmah dan pelajaran dari burung-burung itu,
yaitu alur kehidupannya. Coba perhatikan bagaimana burung melalui hidupnya.
Mulai dari telur kemudian menetas menjadi burung muda yang mulai belajar
terbang hingga dewasa dan pergi melanglang buana sampai tiba masa perkawinan.
Kemudian membuat sarang dan bertelur, lalu merawat anak-anaknya hingga dewasa.
Hal itu terusberputar pada alur kehidupan seekor burung.
Coba perhatikan bagaimana cara burung itu mengepak-ngepakkan
sayapnya. Kemudian terbang ke langit. Perhatikan juga cara berkicaunya,
suaranya dan tingkah lakunya. “Tidaklah mereka memperhatikan burungg-burung
yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahan selain dari
pada Allah. Sesun gguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.” (S. An Nahl 16, ayat 79).
Kepakan sayap burung adalah ibadahnya kepada Allah. Mereka memuji
dan beribadah dengan caranya masing-masing. Alur kehidupannya mereka jalani
sesuai dengan ketentuan yang telah Allah gariskan kepada mereka. Dan tak seekor
pun dari burung-burung itu melanggar fitrahnya sebagi burung. Mereka senantiasa
bertasbih dengan cara mereka.
Adakah seekor penguin terbang ke angkasa atau seekor nuri terbang
di laut? Adakah rejawali mencari biji-bijian untuk makannanya atau merpati
mencari daging untuk makanannya? Adakah burung unta menempati dahan pohon untuk
tempat tinggalnya atau burung kakak tua mencari tempat tinggalnya di tanah?
Adakah seekor angsa mengawini burung hantu atau sebaliknya?
Sunggu Allah telang menentukan bagi burung-burung batas
yang tidak dapat mereka lampaui. Mereka berada pada alur hidupnya
masing-masing. Mereka selalu berada pada fitrahnya dan tidak melampaui batas.
Perhatikan burung mengepak-ngepakkan sayapnya,
mengembangkan dan menguncupkan sayapnya. Begitulah ia bertasbih memuji Allah.
Rabbnya yang telah memberikan naluri dan ilham untuk ibadahnya.
“Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah: kepada-Nya bertasbih apa
yang ada di bumi dan juga burung dengan mengembangkan sayapnya masing-masing
telah mengetahui cara sembahyang dan bertasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka kerjakan”. (S. An Nuur 24, ayat 41).